Selasa, 19 April 2011

KALAM KHABAR


A.   Kalam Khobar
Kalam khabar adakalanya berbentuk jumlah fi’liyah dan ada kalanya juga berbentuk jumlah ismiyah.
1)      Jumlah fi’liyah adalah jumlah yang tersusun dari fi’il ( kata kerja ) dan fa’il ( pelaku pekerjaaan ).
Penyusunan kalam dalam bentuk jumlah ini bertujuan untuk memberikan pengertian tentang adanya kejadian yang berlangsung pada masa tertentu ( terbatas oleh waktu ). Apabila fi’ilnya berupa fi’il mudlari’, terkadang juga memberikan faidah terus menerus berlangsungnya suatu kejadian dengan disertai qarinah ( petunjuk ). Seperti contoh perkataan Thorif :
أَوَكُلَّمَا وَرَدَتْ عُكََاظَ قَبِيْلَةٌ بَعَثُوْا اِلَيَّ عَرِيْفَهُمْ يَتَوَسَّمُ
“ Ketahuilah ! setiap ada kabilah yang datang ke pasar ‘Ukadz, mereka mengutus orang yang paling pandai diantara mereka yang selalu berfirasat “.

2)      Jumlah ismiyah adalah jumlah yang tersusun dari mubtada’ dan khabar.
Jumlah ismiyah mempunyai beberapa faidah, diantaranya adalah menunjukkan pengertian terhadap tetapnya musnad bagi musnad ilaih. Contoh :
اَلشَّمْسُ مُضِيْئَةٌ : Matahari itu bersinar
Jumlah ismiyah di atas menunjukkan arti tetapnya sifat bersinar “ مُضِيْئَةٌ “ ( musnad ) pada matahari “  اَلشَّمْسُ “ ( musnad ilaih ).
Apabila khobarnya tidak berupa fi’il dan didukung oleh adanya qarinah ( faktor penunjuk ), maka terkadang juga mengandung faidah memberikan pengertian terhadap istimrar ( terus menerusnya musnad pada musnad ilaih ).
Contoh :
اَلْعِلْمُ نَافِعٌ  : Ilmu itu bermanfaat ( selalu  memberikan manfaat ).
Pada dasarnya, kalam khabar berfaidah untuk memberi tahu   mukhathab ( lawan bicara ) terhadap hukum ( pengertian ) yang terkandung di dalam kalimat berita tersebut. Contoh :
 حَضَرَ الأَمِيْرُ  : Seorang penguasa telah datang.
Perkataan mutakallim di atas mengandung maksud memberi tahu mukhathab akan kedatangan seorang penguasa.
Selain itu, kalam khabar juga berfaidah untuk memberi pengertiaan terhadap mukhathab bahwa mutakallim adalah orang yang sudah mengetahui tentang hukum yang terkandung di dalam berita yang ia sampaikan. Contoh :
أَنْتَ حَضَرْتَ أَمْسِ    : Kamu datang kemarin.
Maksud perkataan mutakallim di atas bukanlah mutakallim ingin memberi tahu kepada mukhathab tentang kedatangan mukhathab diwaktu kemarin. Akan tetapi perkataan itu mengandung maksud bahwa mutakallim ingin memberikan pengertian ( pemahaman ) terhadap mukhathab bahwa mutakallim sudah mengetahui tentang kedatangan mukhathab diwaktu kemarin.
Hukum ( pengertian ) yang terkandung di dalam kalam khobar disebut juga faidatul khabar. Sedangkan Olehnya mutakallim sudah mengetahui tentang hukum yang di sampaikan disebut lazimul faidah.  

Macam – macam kalam khabar
Apabila tujuan mutakallim adalah memberi tahu ( menyampaikan berita ) kepada mukhathab, maka hendaklah ia mengemas perkataanya dalam bentuk yang ringkas sesuai dengan kadar kebutuhan. Hal ini untuk menghindari terjadinya  omong kosong.
Dari sudut pandang akan kebutuhan kalam khabar terhadap taukid, kalam khabar tebagi menjadi tiga macam, yaitu :
1 )Kalam khabar Ibtida’iy adalah kalam khabar yang tidak membutuhkan taukid ( kata penguat ), karena mukhathab adalah orang yang khaliyudzdzihni ( orang yang bersih dari keraguan dang keingkaran akan berita yang disampaikan oleh mutakallim ). Contoh :
أَخُوْكَ قَادِمٌ   : Saudara laki – lakimu datang.
2 ) Kalam khabar thalabiy adalah kalam khabar yang memerlukan taukid karena mukhathab adalah orang yang ragu – ragu akan berita yang disampaikan. Maka dari itu, hendaklah kalimat berita tersebut disertai dengan taukid. Contoh :
إِنَّ أَخَاكَ قَادِمٌ  : Sungguh, sudaramu datang.
3 ) Kalam khabar inkariy adalah kalam khabar yang sangat membutuhkan taukid karena mukhathab adalah orang yang ingkar terhadap berita yang disampaikan oleh mutakallim. Maka dari itu ia diharuskan untuk menambah kalimat berita tersebut dengan satu atau dua taukid bahkan lebih sesuai dengan kadar yang dibutuhkan agar mukhathab berkenan menerima berita yang ia sampaikan. Contoh : 
إِنَّ أَخَاكَ قَادِمٌ  : Sungguh, sudaramu datang.
atau
إِنَّ أَخَاكَ لَقَادِمٌ  : Sungguh, sudaramu benar - benar datang.
atau
وَاللهِ إِنَّ أَخَاكَ لَقَادِمٌ  : Demi Allah, sesungguhnya sudaramu benar - benar datang.
Adapun adat taukid yang biasa digunakan antara lain : Anna, inna, lam ibtida’ , huruf – huruf tanbih, qasam, huruf – huruf zaidah, pengulangan kalimat, qad dan amma syarthiyah. 

2 komentar:

  1. Ass WW. Bagus sekali, jadi ingin ikuti terus boleh ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wassss............... boleh ,,,, semoga bermanfaat.......

      Hapus