Kamis, 27 Juni 2013

KISAH LUKMAN AL-HAKIM DAN PUTRANYA



Dikisahkan Lukman Al-Hakim berpesan kepada anaknya untuk berusaha keras melakukan sesuatu dengan ikhlas tidak tergantung dari pujian, simpati dan makian dari manusia. Karena hal itu tidak akan bisa diraih sekalipun manusia sudah berusaha keras untuk menggapainya dengan kemampuan maksimal.
Sang anak kemudian meminta ayahnya untuk memberikan contoh nyata yang bisa dilihatnya sendiri dari pesan tersebut. Keduanya keluar bersama membawa keledai dari kandangnya, Lukman Al Hakim mempersilahkan anaknya untuk menungganginya dan dia mengikuti dari belakang. Tak lama kemudian keduanya bertemu dengan beberapa orang yang sedang duduk di pinggir jalan dan salah satu dari mereka pun berkomentar. “Ini anak benar-benar durhaka, tidak memiliki rasa hormat kepada orang tua.  Nak, turunlah ayahmu lah berhak kamu muliakan, biarkan beliau menaiki keledai itu dan kamu mengikuti dari belakang.”
Lukman pun berkata kepada anaknya. “Nak, tadi dengar tidak? Salah satu dari mereka berteriak keras dan menolak apa yang sudah menjadi kesepakatan kita di awal perjalanan.” Kemudian sang anak meminta Lukman untuk menaiki keledai itu.
Begitu melintasi sebuah persimpangan jalan, mereka berkata, “Ini bapak tidak memiliki rasa sayang terhadap anak, keras sekali hatinya. Anaknya dibiarkan berjalan dan kamu enak-enakan duduk diatas kendaraan. Ini hal yang buruk.”
Lukman pun berucap kepada anaknya. “Nak dengar ucapan dan penolakan mereka terhadapku yang menaiki hewan dan membiarkanmu berjalan?” Lukman dan anaknya lalu bersama-sama menaiki keledai itu.  Mereka pun melewati kumpulan orang. Tak lama berselang kembali muncul perkataan menyindir Lukman dan anaknya.
“Dua manusia yang tidak memiliki belas kasihan sama sekali dan tiada kebaikan sedikit pun pada keduanya. Seekor hewan dinaiki dua orang sungguh sangat membebani dan menyakiti hewan itu. Satu diantara kalian bisa memilih berjalan, itu lebih baik dan punya rasa kasihan,” ujar salah satu dari mereka.
Lukman pun kembali bertanya kepada anaknya, “Nak dengar ucapan mereka?”
“Ya, jawab anaknya.
“Kalau begitu, mari kita biarkan keledai ini berjalan sendiri dan tidak kita tunggangi,”.
Keduanya menuntun hewan tersebut dengan diapit di antara keduanya. Dan ketika melewati kumpulan orang, mereka pun berkata, “Aneh sekali kedua orang ini. Mereka biarkan hewan itu berjalan sendiri tanpa penumpang dan keduanya pun berjalan kaki.”
Mereka semua mengecam tidakan Lukman dan anaknya itu, sebagaimana keduanya menerima kecaman dari masyarakat yang dijumpai sebelumnya. Lukman berkata kepada putranya.
“Nak lihatlah, bagaimana hasrat untuk meraih simpati manusia adalah keinginan yang absurd dan mustahil? Maka, janganlah menoleh dan bergantung kepada mereka, tapi sibukanlah dirimu dalam meraih hasil terbaik untuk menggapai Ridho Sang Penguasa Dunia. Karena di dalamnya ada aktivitas efektif, ada kebahagiaan dan penerimaan, baik di dunia maupun saat hari perhitungan dan pertanyaan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar